Implementasi Q.S Al-Hujurat Ayat 10-12

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Masalah Karakter memangsudah menjadi konsumsi publik, dan semua orang membicarakannya. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI Menyatakan, menjadikan pendidikan karakter sebagai salah satu program unggulan.Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, dimana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.” Karakter menjadi modal bagi kesuksesan di masa mendatang. Al- Qur’an sebagai pedoman yang sempurna telah mengajarkan banyak hal mengenai pendidikan karakter. Salah satunya yang kami bahas dalam makalah ini yaitu pendidikan karakter yang terkandung dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 10-12.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa Isi Kandungan QS Al- Hujurat ayat 10-12

2.      Bagaimana Asbabun Nuzul QS Al-Hujurat ayat 10-12

3.      Bagaimana Implementasi pendidikan karakter dalam QS Al-HujuratAyat 10-12

 

C.    Tujuan

1.      Menjelaskan Isi Kandungan QS Al- Hujurat ayat 10-12

2.      Menjelaskan Asbabun Nuzul QS Al- Hujurat ayat 10-12

3.      Menjelaskan Implementasi pendidikan karakter dalam QS Al-HujuratAyat 10-12

 

A.    AYAT DAN ASBABUN NUZULNYA

Qur’an Surat Al-Hujurat Ayat 10

 

 إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

Asbabun Nuzul

Diriwayatkan oleh Qatadah bahwa ayat ini diturunkan berhubungan dengan peristiwa dua orang dari sahabat Ansar yang bersengketa tentang suatu urusan hak milik. Salah seorang dari mereka berkata bahwa ia mengambil haknya dari yang lain dengan paksaan. Ia mengancam demikian karena banyak pengikutnya, sedangkan yang satu lagi mengajak dia supaya minta keputusan Nabi Saw. Ia tetap menolak sehingga perkaranya hampir-hampir menimbulkan perkelahian dengan tangan dan terompah, meskipun tidak sampai mempergunakan senjata tajam. Maka dari itu janganlah kalian saling bertengkar damaikanlah antar sesama saudaramu baik saudara sekandung maupun orang lain karena Allah menciptakan manusia adalah untuk saling melengkapi satu samalain. [1]

Dapat di lihat dari ayat diatas ialah bahwa kita sebagai umat muslim hendaklah menjaga hubungan atar sesama, sesungguhnya kita semuanya adalah bersaudara yang tidak saling menzalimi, tidak saling menyakiti, , tidak mencela dan tidak pula saling memperpanjang masalah. Oleh karena itu pereratlah hubungan tali persaudaraan kita, serta bertakwalah kepada Allah supaya kita mendapat rahmat antara lain rahmat persatuan dan kesatuan. Maka bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah itu Maha memberi ampunan kepada orang-orang

 

 

 

Quran Surat Al-Hujurat Ayat 11

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ


Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Asbabun Nuzul

Pada ayat 11 ini, Muchlis M hanafi menjelaskan salah satu sebab turunnya ayat ini yaitu berkenaan dengan Bani Salimah yang dimana salah satu kebiasaan penduduk Madinah ketika Nabi saw tiba di Kota Madinah, mereka memanggil kawan dengan berbagai julukan. Tidak jarang julukan yang diberikan itu bersifat mengejek dan menghina, maka turunlah ayat tersebut. Hal ini dijelaskan dalam hadist yang diriwayatkan oleh imam al- Bukhari : Abu Jabirah bin Dhak berkata, ‘Firman Allah walatana badzu bil alqob turun berkaitan dengan kami, Bani Salimah. Saat Rasullullah sampai diMadinah, semua orang disana punya dua bahkan tiga julukan, mereka biasa memanggil satu sama lain dnegan julukan itu. Karena kebiasaan itu pula terkadang Rasullulah memanggil seseoramg dari mereka dengan salah satu julukan tersebut. Kawan-kawan pria itu allu melapor kepada Nabi, “Wahai Rasulllullah, ia tidak suka dipanggil dengan julukan itu, tidak lama kemudian turunlah ayat “walatanabadzu bil alqob”.

Selain riwayat diatas ada pendapat lain yang menyatakan ayat ini turun berkenaan dengan ejekan yang dilontarkan oleh Tsabit Ibn Qais, seorang sahabat Nabi saw yang tuli. Tsabit melangkahi sekian orang untuk dapat duduk didekat Rasul agar dapat mendengar wejangan beliau. Salah seorang menegurnya, tetapi Tasbit marah sambil memakinya dengan menyatakan bahwa dia yakni si penegur adalah anak si Anu (seorang wanita yang pada masa Jahiliyah dikenal memiliki aib) orangyang diejek merasa dipermalukan, maka turunlah ayat ini.[2]

Didalam penjelasan ayat diatas menjelaskan bahwa kita tidak beleh mengolok-olok kaum yang lain. Karena bisa jadi yang kita olok-olok tersebut dia lebih baik dari pada yang mengolok-olok dan juga janganla kamu memanggil-manggil dengan sebutan yang buruk, karena seburuk-buruk pangilan ialah kekafiran sesuda iman. Maka dari itu kita sebagai umat Islam yang bersaudara dan Alquran mengajarkan tentang arti kehidupan yang sesunggunya bahwasanya kita tidak boleh mengolok-olok saudara sendiri apa lagi memangil-mangil dengan sebutan yang buruk. Maka bertaubatla kepada Allah dan memohon ampunan atas apa yang tela kita perbuat, dan barang siapa yang tidak bertaubat dijalan Allah mereka adalah orang-orang yang zalim.[3]


Quran Surat Al-Hujurat Ayat 12

 

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Asbabun Nuzul

Asbabun nuzul ayat ini yaitu dalam suatu riwayat dikemukakan Bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Salman al-farisi yang apabila selesai makan lalu tidur dan mendengkur. Pada waktu itu ada yang menggunjing perbuatannya. Maka turunlah ayat ini yang melarang seseorang mengumpat dan menceritakan aib orang lain. Diceritakan oleh Ibnu Mundzil yang bersumber dari Ibnu Juraij.

Berdasarkan ayat diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa dugaan atau prasangka yang tidak berdasar adalah dosa. Biasanya, dugaan yang tidak berdasar dan mengakibatkan dosa adalah dugaan buruk terhadap pihak lain. Sedangkan ghibah/menggunjing, adalah menyebut oranglain yang tidak hadir dihadapan penyebutnya dengan sesuatu yang tidak disenangi oleh yang bersangkutan. Walaupun keburukan yang diungkap oleh penggunjing tadi memang disandang oleh objek ghibah, ia tetap terlarang. Akan tetapi larangan tersebut tidak berlaku untuk sekian banyak alasan antara lain: meminta fatwa, menyebut keburukan seseorang yang memang tidak segan menampakkan keburukannya dihadapan umum, menyampaikan keburukan seseorang kepada yang berwenang dengan tujuan mencegah terjadinya kemungkaran, menyampaikan keburukan seseorang kepada siapa yang sangat membutuhkan informasi tentang yang bersangkutan, memperkenalkan seseorang yang tidak dapat dikenal kecuali dengan menyebut aib/kekurangannya. Dengan menghindari prasangka dan ghibah, maka tidak akan muncul benih perpecahan dalam lingkungan sosial masyarakat sehingga tercipta hubungan yang harmonis dalam lingkungan sosial masyarakat dimana setiap orang dapat bergaul dengan penuh rasa aman dan damai. [4]

 

B.     Isi Kandungan Q.S Al-Hujurat ayat 10-12

Adapun pokok-pokok kandungan Q.S Al-Hujurat ayat 10-12 sebagai berikut:

1.        Q.S Al-Hujurat ayat 10

Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa sesungguhnya orang-orang mukmin semuanya bersaudara, meskipun tanpa adanya ikatan darah.[5] Karena persaudaraan itu mendorong ke arah perdamaian, maka Allah menganjurkan agar terus diusahakan di antara saudara seagama seperti perdamaian di antara saudara seketurunan, supaya mereka tetap memelihara ketakwaan kepada Allah. Dari ayat tersebut dapat dipahami perlu adanya kekuatan sebagai penengah untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai.

2.        Q.S Al-Hujurat ayat 11

Pada ayat 11 menerangkan bahwa Allah SWT menyebutkan apa yang patut dilakukan seorang mukmin terhadap Allah SWT, maupun terhadap Nabi SAW, dan terhadap orang yang tidak mematuhi Allah dan Nabi-Nya, yaitu orang fasik. Dalam ayat di atas, Allah juga menerangkan pula apa yang patut dilakukan oleh seorang mukmin terhadap orang mukmin lainnya. Allah menyebutkan bahwa tidak sepatutnya seorang mukmin mengolok-olok orang mukmin lainnya atau mengejeknya dengan celaan ataupun hinaan, dan tidak patut pula memberinya gelar yang menyakitkan hati. Karena perbuatan seperti itu sangatlah buruk.

M. Hasbi Ash-Shiddieqy menafsirkan bahwa janganlah suatu golongan menghina golongan yang lain, baik dengan membeberkan keaiban golongan itu, dengan cara mengejek atau dengan cara menghina, baik dengan ucapan ataupun isyarat seperti menertawakan orang yang dihina apabila timbul kesalahan.[6]

Perbuatan terhadap orang lain, pada hakekatnya merupakan cerminan yang akan kembali kepada diri seseorang yang bersangkutan. Sebagaimana dijelaskan oleh Al-Maraghi bahwa barang siapa tidak bertaubat dengan melakukan perbuatan seperti mengolok-olok, maupun mengejeknya dengan celaan atau pun hinaan, maka ia berbuat buruk terhadap dirinya sendiri dan melakukan dosa besar.

3.        Q.S Al-Hujurat ayat 12

Pada ayat 12 ini menerangkan bahwa Allah SWT, memberi peringatan kepada orang-orang beriman supaya mereka menjauhkan diri dari prasangka buruk terhadap orang-orang beriman. Jika mereka mendengar sebuah ucapan yang keluar dari mulut saudaranya yang mukmin, maka ucapan itu harus mendapat tanggapan yang baik, dengan ungkapan yang lebih baik, sehingga tidak menimbulkan salah faham, apalagi menyalahgunakan sehingga menimbulkan fitnah dan prasangka.

Kemudian Allah menerangkan bahwa orang-orang mukmin wajib menjauhkan diri dari prasangka, karena prasangka itu mengandung dosa. Berburuk sangka terhadap orang mukmin termasuk dosa besar karena Allah telah melarangnya. Selanjutnya Allah melarang orang mukmin mencari-cari kesalahan, kejelekan, dan dosa orang lain.

Allah melarang pula menggunjing atau mengumpat orang lain. Yang dinamakan gibah atau bergunjing itu adalah menyebut-nyebut suatu kejelekan orang lain yang tidak disukainya sedangkan ia tidak berada di tempat itu, baik dengan ucapan ataupun isyarat karena demikian itu menyakiti orang yang diumpat. Umpatan yang menyakitkan itu ada yang terkait dengan cacat tubuh, budi pekerti, anak istri, saudaranya, atau apapun yang berhubungan dengan dirinya.

Hasan cucu Nabi, berkata bahwa bergunjing itu ada tiga macam. Ketiganyalah yang disebutkan dalam al-Qur’an, yaitu gibah, ifk, dan buhtan. Gibah atau bergunjing adalah menyebut-nyebut keburukan kepada orang lain. Adapun ifki adalah menyebut-nyebut seseorang mengenai berita-berita yang sampai kepada orang lain, dan buhtan atau tuduhan palsu adalah bahwa menyebutkan kejelekan seseorang yang tidak ada padanya.[7]

Allah menyuruh kaum mukmin supaya tetap bertakwa kepada-Nya karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun terhadap orang yang mau bertaubat dan mengakui kesalahanya. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang, tidak akan mengadzab seseorang setelah ia bertaubat.

 

C.    Implementasi Pendidikan Karakter dalam QS Al-Hujurat ayat 10-12

Setelah membaca Sebab turun dan kandungan dalam QS Al-Hujurat ayat 10-12 dapat ditarik kesesuaian antara cita-cita pendidikan karakter di indonesia dan di dunia, bahwa karakter itu  harus dibangun. Pembangunan karakter itu bisa dengan pendidikan, bisa juga dengan mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik. Pendidikan karakter harus berlangsung secara terus menerus, secara konsisten dan berkesinambungan. Apa yang pemerintah Indonesia lakukan, yaitu dengan menjadikan pendidikan karakter sebagai prioritas utama untuk membangun bangsa yang jaya dan berkarakter, sebenarnya telah diajarkan Allah melalui surat Al Hujurat ini. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam QS Al Hujurat ayat 10-13 yaitu :

a.       Ayat 10 mengandung makna bahwa setiap mukmin pada hakekatnya adalah bersaudara. Oleh karena itu harus selalu memupuk rasa cinta pada sesama, memelihara perdamaian dan tetap bertaqwa kepada Allah SWT. Implementasi Pendidikan karakternya adalah dengan menanamkan nilai cinta damai, mengasihi sesama, dan takwa.

b.      Ayat 11 berhubungan dengan tata krama antar sesama muslim. Deskripsi perilaku didalamnya adalah dengan tidak mengolok-olok orang lain atau kelompok lain. Tidak bersikap bahwa dirinya seolang yang paling benar dan paling mulia daripada orang lain ,tidak mencela diri sendiri, maksudnya orang mukmin itu ibarat satu tubuh jika dia mencela orang lain sama halnya dia mencela dirinya sendiri, tidak memanggil orang dengan sebutan yang tidak disukaiorang tersebut. Sikap-sikap tersebut akan menimbulkan sikap menghargai sesama, menghormati pendapat orang lain.

c.       Ayat 12 berisi pendididkan karakter yang terkandung dalam ayat ini berupa larangan untuk berburuk sangka, mencari-cari kesalahan orang lain, menggunjing orang lain walaupun apa yang digunjingkannya itu adalah hal yang memang ada (aib seharusnya ditutupi, bukan di sebarkan), di ibaratkan seperti orang yang memakan bangkai saudaranya sendiri, sangat menjijikan. Implementasi nilai karakter yang terdapat dalam ayat ini adalah nilai berprasangka (yang harus dimiliki adalah berprasangka baik), tajassus, mencari-cari kesalahan, menggunjing dan takwa.[8]

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dalam Al Quran surat Al Hujurat ayat 10-12 mengandung pendidikan karakter yang dapat di implementasikan sebagai berikut :

1.        Setiap mukmin pada hakekatnya adalah bersaudara. Oleh karena itu harus selalu memupuk rasa cinta pada sesama, memelihara perdamaian dan tetap bertaqwa kepada Allah SWT. Implementasi Pendidikan karakternya adalah dengan menanamkan nilai cinta damai, mengasihi sesama, dan takwa.

2.        Tidak bersikap bahwa dirinya seolang yang paling benar dan paling mulia daripada orang lain ,tidak mencela diri sendiri, maksudnya orang mukmin itu ibarat satu tubuh jika dia mencela orang lain sama halnya dia mencela dirinya sendiri, tidak memanggil orang dengan sebutan yang tidak disukaiorang tersebut. Sikap-sikap tersebut akan menimbulkan sikap menghargai sesama, menghormati pendapat orang lain.(Toleransi)

3.        larangan untuk berburuk sangka, mencari-cari kesalahan orang lain, menggunjing orang lain walaupun apa yang digunjingkannya itu adalah hal yang memang ada (aib seharusnya ditutupi, bukan di sebarkan)

B.     Kritik dan  Saran

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kekurangan atau kesalahan yang perlu diperbaiki maka saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan sebagai bentuk dorongan untuk kami belajar, kami berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi kami dan para pembacanya. 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Muhammad Nurul Bilad, 2018. Tesis: Konsep Pendidikan Karakter Pada Surat Al-Hujurat Ayat 10-13,    Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim

Naila Syamila, 2019. “Pendidikan Akhlak Social Dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat Ayat 9-13”,Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Onal Suzatniko dkk, 2018. Implikasi Pendidikan dari Q.S Al-Hujurat: 10-12 Tentang Pribadi Muslim      Terhadap Upaya Pembinaan Akhlaq Dalam Menjaga Tali Persaudaraan Sesama Muslim,Prosiding Pendidikan Agama Islam, Vol. 4 No. 2

Satriani, 2018. Al-Qur’an Dan Etika Pergaulan: Studi Perbandingan Penafsiran Q.S Al-Hujurat Ayat 10-13 Skripsi Fakultas Ushuluddin Adab Dan Dakwah, IAIN CURUP

Siti Khoerotunnisa, 2016. Skripsi: Nilai-Nilai Akhlak Dalam Perspektif Pendidikan Islam (Kajian Tafsir Surat Al Hujurat Ayat 11-13), Salatiga: IAIN Salatiga

Suluri, 2019. Pendidikan Sosial Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13, Belajea : Jurnal Pendidikan Islam,  Vol. 2, No. 02

Zulkarnain S, 2016. JURNAL: Pendidikan Karakter Dalam Al Quran Surat Al Hujurat, NUANSA:  Vol.IX. No.2


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asbabul Wurud Al-Hadits

Kajian Tafsir Al Mishbah

Konsep Mahabbah dan Ma'rifat dalam Tasawuf